Maggot, si Pemakan Limbah Organik yang Berdaya Ekonomi

0
67
Bagikan di Whatsapp:

PKK Network – Budidaya maggot telah marak di tanah air dalam beberapa tahun terakhir. Maggot, larva dari lalat atau sering disebut belatung ini memiliki kandungan protein yang tinggi. Selain dapat digunakan sebagai pakan ternak, seperti ikan, ayam, atau burung, juga telah dilakukan pengolahan untuk nilai jual yang lebih tinggi seperti sereal untuk konsumsi manusia dan bahan kosmetik.

Untuk budidaya maggot bisa menggunakan aneka media yang sekaligus sumber makanan mereka. Salah satunya adalah sampah organik. Jadi, selain dikelola lewat metode komposting, limbah organik bisa pula untuk dijadikan makanan maggot. Makhluk ini mendatangkan keuntungan sekaligus memberikan dampak positif bagi lingkungan. Untuk skala kecil, asupan sampah organik cukup dari limbah domestik rumahan atau dari lingkungan sekitar. Dalam skala besar bisa melakukan kerjasama dengan rumah makan yang setiap hari menghasilkan limbah organik.

Berikut tahapan dalam budidaya maggot menggunakan limbah sayuran:

Penyiapan media dan tempat
Sediakan wadah, baik ember atau bak yang cukup luas dan dangkal. Pastikan wadah tersebut disimpan di lokasi yang terlindung dari hujan dan sinar matahari secara langsung.
Siapkan bahan makanan maggot berupa limbah organik yang sekaligus menjadi media tumbuh kembang maggot.

Penyiapan bibit maggot
Bibit maggot berupa telur black soldier fly (BSF). Telur BSF bisa dibeli di peternak maggot, atau dengan cara mengundang BSF datang ke wadah limbah untuk bertelur.
Telur-telur yang menempel di potongan limbah organik akan menetas. Meski menggunakan bahan limbah, namun lingkungan budidaya yang bersih dan steril merupakan prasyarat agar maggot tumbuh sehat.

Pengaturan kelembapan dan suhu
Pertumbuhan maggot terpengaruhi dua hal, sirkulasi udara dan sinar matahari. Maggot membutuhkan lingkungan yang lembap dengan suhu yang hangat untuk pertumbuhannya. Suhu ideal untuk budidaya maggot berada di kisaran 25-30°C.
Tambahkan air secara teratur agar kelembapan terjaga.

Pemberian makanan tambahan
Maggot tak boleh kekurangan makanan. Makanan berupa limbah organik harus selalu tersedia. Selain itu dibutuhkan pula makanan tambahan untuk memperkaya nutrisinya, seperti sisa tepung atau dedak. Dengan makanan ekstra tersebut, kandungan nutrisi maggot pun meningkat sehingga nilainya sebagai pakan juga bisa lebih tinggi.

Proses panen
Saat larva sudah mencapai ukuran cukup besar, bisa dipanen. Siklus maggot menjadi lalat adalah 37 hari. Proses panen dilakukan maksimal beberapa hari sebelum siklus tersebut.
Caranya dengan memisahkan maggot dari media berupa limbah sampah organik. Bisa menggunakan alat saring halus. Simpan maggot yang sudah dipanen dalam wadah tertutup. Atau langsung dijadikan pakan ternak. Ada pula maggot untuk pakan ternak yang dijual dalam bentuk kering. Baik dengan cara disangrai maupun dipanggang menggunakan oven.

Maggot, kandungan protein yang kaya, baik untuk pakan ternak (Dok. Freepik)

Kelebihan budidaya maggot

  • Membantu permasalahan sampah organik
  • Tidak menimbulkan bau
  • Modal relatif murah. Di pasaran, harga bibit atau telur maggot terhitung murah. Lima ribu rupiah per 10 gram.
  • Satu maggot bisa menghasilkan 20 hingga 30 telur. Tempat budidaya bisa menggunakan wadah bekas.
  • Kebutuhan ruangan bisa menyesuaikan
  • Alternatif sumber penghasilan. Harga jual di kisaran Rp 15.000 hingga Rp 20.000 per 100 gram maggot kering.

Pengolahan sampah dan budidaya maggot dapat dilakukan secara berbarengan. Untuk satu kawasan yang sehat sekaligu memberikan dampak ekonomis, upaya ini bisa dilakukan secara berkelompok, seperti dalam koordinasi RT atau RW.

berbagai sumber

Tim PKKNetwork/Dhenok Hastuti

Editor: DHE

Penulis

Bagikan di Whatsapp:

Tulis Komentar