Kokedama sebagai Produk UMKM, Mengapa Tidak?

Tanaman hias telah lama menjadi salah komoditas yang menguntungkan. Baik sebagai bagian dari usaha skala besar maupun usaha rumahan.
0
112
Bagikan di Whatsapp:

PKK Network – Kokedama menjadi tren baru dalam bertaman di rumah. Berkreasi dengan tanaman ini juga telah dijadikan bahan pelatihan di antara para kader PKK. Jika model baru bertaman ini makin diminati, kenapa tidak dijadikan sumber penghasilan? Bagi yang tertarik menjadikan model baru bertanam ini sebagai produk Usaha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM) dapat mempelajari lebih detail cara berkreasi  kokedama.

Untuk berkreasi kokedama dibutuhkan tanaman jenis tertentu dan material pendukungnya. Tanaman kokedama yang disarankan adalah tanaman yang dapat tumbuh dengan baik di bawah sinar matahari dalam ruangan, dan merupakan jenis yang tidak membutuhkan paparan sinar matahari secara langsung. Beberapa jenis tanaman yang bisa dipilih, di antaranya: bromelia, philodendron, peace lily, anthurium, dracaena, pakis, dan aneka tanaman herbal seperti mint, basil, rosemary, dan lainnya.

Bahan pendukung yang dibutuhkan:

  • tanah bonsai organik
  • lumut gambut
  • air
  • tanaman hias kecil
  • sphagnum moss lembaran (hidup atau diawetkan)
  • tali rami atau tali pancing

Berikut ini salah satu cara pembuatan yang bisa diikuti:

  1. Buang tanah yang menempel di akar, sehingga akar tanaman terlihat.
  2. Bungkus akar dengan lumut sphagnum basah, lalu ikat dengan tali. Si lumut merupakan media yang dapat menjaga akar tanaman tetap lembap dan sehat.
  3. Campur lumut gambut dan tanah bonsai dengan perbandingan 7:3, tambahkan air hingga mencapai konsistensi lempung.
  4. Lapisi pangkal akar dengan campuran lumpur hingga membentuk bola. Di sinilah kokedama sekalian dibentuk dengan sabar dan hati-hati.
  5. Tutupi bola dengan lembaran lumut, lalu letakkan bola di atas lumut yang sudah ditata rapi. Berikutnya, lingkarkan di sekelilingnya.
  6. Bungkus tali di sekitar bola hingga lumut dirasa dalam posisi aman. Untuk masa awal, kokedama barangkali tak mencapai hasil seperti yang diharapkan. Bisa terus dicoba hingga mendapatkan hasil yang diharapkan. Dalam hal ini dibutuhkan kesabaran.

Sebagai catatan, kokedama berangkat dari cerminan filosofi negeri asalnya, Jepang, yakni wabi-sabi. Pola pikir wabi-sabi menghargai kapasitas setiap individu untuk melakukan perbaikan dan menghargai keindahan dalam ketidaksempurnaan.

Aneka cara memajang kokedama (Dok. Freepik)

Dari negeri Sakura, kokedama biasanya dipajang di atas kayu apung atau gerabah buatan tangan. Model ini menurut mereka merupakan cara yang indah dan sederhana dalam memamerkan kreasi kokedama. Tapi setelah tren ini meluas, banyak orang melakukan modifikasi. Setiap orang dibebaskan dalam memajang hasil kreasi sendiri. Selain dipajang dengan tepat untuk menunjukkan keindahannya, diperlukan pula pengetahuan dalam merawat kokedama dengan baik.

Berikut ini cara sederhana merawat kokedama, yang bisa dilakukan oleh pemilik tanaman maupun bagi yang ingin menjadikan salah satu tren bertaman ini menjadi produk UMKM:

Siapkan wadah, baik kemasan maupun tempat air seperti wastafel atau bak mandi dengan air bersuhu ruangan dengan ukuran yang menyesuaikan besar kokedama.

  • Setelah tanaman kokedama dimasukkan ke dalam wadah, isi dengan air hingga menutupi permukaan kokedama. Biarkan tanaman terendam selama lebih kurang 20 menit.
  • Angkat kokedama dari rendaman, tiriskan selama sekitar 20 menit. Setelahnya, kembalikan kokedama ke tempatnya.
  • Secara berkala cek kokedama. Daun yang kering dan garing menandakan tanaman kurang air, sementara daun yang lembek, cokelat atau lembap menandakan terlalu banyak air. Dengan demikian penyiraman menyesuaikan kebutuhan. Atau agar tak terlewatkan, bisa dibuat jadwal.

Selamat mencoba berkreasi dengan kekadama dan menjadikannya salah satu sumber penghasilan keluarga.

 

berbagai sumber

 

Tim PKK Network/Dhenok Hastuti

Editor: DHE

Penulis

Bagikan di Whatsapp:

Tulis Komentar