Mengapa Remaja Putri Perlu Tablet Tambah Darah?
PKK Network – Perempuan usia di atas 15 tahun, atau remaja putri (rematri) yang sudah mengalami menstruasi rentan menderita anemia. Saat menstruasi, mereka kehilangan banyak darah. Begitu pula ketika memasuki masa pubertas rematri mengalami pertumbuhan yang pesat. Hal ini sejalan dengan kebutuhan akan zat besinya. Dengan tingkat konsumsi makanan dengan gizi seimbang yang masih rendah, rematri berpotensi besar untuk menderita anemia.
Rematri dengan anemia memiliki risiko mengalami anemia saat mereka hamil. Tentu saja hal ini bakal berdampak buruk terhadap tumbuh kembang janin dalam kandungan. Kondisi tersebut berpotensi pula memunculkan komplikasi selama masa kehamilan dan persalinan, bahkan menyebabkan kematian ibu dan anak. Mengutip situs Sehat Negeriku Kemenkes, berdasarkan data Sensus Penduduk 2020, angka kematian ibu melahirkan mencapai 189 per 100 ribu angka kelahiran. Angka ini menjadikan Indonesia di posisi kedua tertinggi di ASEAN. Jauh lebih tinggi daripada Malaysia, Brunei, Thailand, dan Vietnam. Penyebab utama kematian ibu melahirkan adalah pre-eklampsia dan eklampsia, srta perdarahan pasca persalinan. Salah satu faktor risikonya adalah anemia.
Sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan anemia, beberapa hal berikut ini perlu dilakukan para rematri:
- Memperbaiki pola konsumsi, dengan meningkatkan asupan makanan sumber zat besi, seperti hati, ikan, daging, unggas, sayuran berwarna hijau tua, dan kacang–kacangan.
- Memilih makanan kemasan yang telah dilakukan fortifikasi atau diperkaya dengan zat besi, seperti dalam produk tepung terigu, beras, minyak goreng, mentega, dan aneka snack.
- Mengonsumi suplementasi zat besi. Pemerintah Indonesia telah menetapkan kebijakan pemberian Tablet
- Tambah Darah (TTD) bagi rematri, untuk dikonsumsi seminggu sekali. Pemberian TTD ini dilakukan tanpa pemeriksaan awal terlebih dahulu. Seluruh rematri diharuskan meminum TTD demi mencegah anemia sekaligus meningkatkan cadangan zat besi dalam tubuh.
Konsumsi suplemen zat besi aman untuk dilakukan secara terus menerus. TTD tidak akan menyebabkan keracunan karena tubuh memiliki sifat autoregulasi zat besi. Jika sedang mengalami kekurangan zat besi, tubuh akan menyerap zat besi dalam jumlah yang banyak. Sebaliknya, jika tubuh tidak kekurangan, penyerapannya sedikit, sehingga aman dikonsumsi sesuai program yang sudah ditetapkan.
Beberapa kasus menunjukkan bahwa konsumsi TTD menimbulkan efek samping berupa nyeri atau perih di ulu hati, disertai mual, muntah, dan tinja berwarna hitam. Namun hal itu dianggap tidak berbahaya. Saran konsumsi TTD adalah setelah makan atau sebelum tidur malam. TTD juga disarankan dikonsumsi bersama buah–buahan sumber vitamin C, seperti jeruk, pepaya, mangga, jambu biji, dan lain lain, dan sumber protein hewani, seperti hati, ikan, unggas, dan daging.
Pemberian TTD dilakukan tim PKK dan Posyandu sebagai perpanjangan tangan pemerintah di lingkungan terkecil.
Tim PKK Network/Dhenok Hastuti
Editor: DHE