Pulang Kampung untuk Mengabdi

0
143
Bagikan di Whatsapp:

PKK Network – Kisah perjalanan Ibu Stella Florensia menjadi Ketua PKK sangatlah menarik. Sebelum menjadi Ketua PKK, Bu Stella adalah seorang reporter dan presenter dalam program acara petualangan di stasiun TV nasional. Saat menjadi reporter dan presenter, Bu Stella diminta produsernya ke Pulau Samosir. Di Pulau Samosir inilah, ia bertemu dengan sosok inspiratif, yaitu Bang Raja Simarmata, alumni ITB yang kembali ke desanya untuk mengembangkan usaha tenun.

“Kami berkenalan dan beliau membantu saya liputan. Beliau pun cerita kenapa meninggalkan pekerjaan sebagai konsultan tambang dan pulang ke kampung halaman di Samosir. Ia merasa kampung halamannya, yaitu Desa Lumban Suhi Suhi Toruan, punya potensi yang sangat besar. Namun, kenapa masyarakatnya tidak sejahtera? Nah, sebagai alumni ITB, ia punya ilmu, pengalaman, dan koneksi yang sangat banyak. Ia merasa modal itu bisa digunakan untuk membangun desa,” cerita Bu Stella kepada PKK Network belum lama ini.

Beberapa tahun kemudian, Bu Stella dan Bang Raja menikah dan pindah ke Kota Medan. Di Medan, Bu Stella bekerja sebagai Public Relation di hotel bintang lima dan Bang Raja mengembangkan usaha produk etnik bernama Sakkamadeha.

“Tahun 2019, beliau menyatakan ingin ikut pemilihan kepala desa. Saat itu saya tolak karena image kepala desa bagi saya saat itu kurang baik. Tapi beliau menjawab, ‘Aku tidak kejar jabatan. Aku mau punya kesempatan langsung untuk membuat banyak hal bagi Desa Lumban Suhi Suhi Toruan’,” kata Bu Stella menceritakan alasan suaminya maju sebagai kepala desa.

Alasan ini pula yang membuat hati Bu Stella mulai berubah, meskipun belum menyetujui 100 persen suaminya mengikuti pemilihan kepala desa. “Saya mulai ikut beliau keliling ke rumah-rumah warga. Saya melihat, warga menaruh ‘harapan’ kepada kami. Akhirnya, beliau pun terpilih sebagai kepala desa dari 5 calon yang ikut serta dengan jumlah suara lebih dari 50 persen. Saya pun meninggalkan pekerjaan dan pulang ke kampung untuk mengabdi,” ujar Bu Stella.

Sebagai istri kepala desa, Bu Stella otomatis diangkat sebagai Ketua Tim Penggerak PKK Desa Lumban Suhi Suhi Toruan. “Saya dilantik pada awal Januari 2020,” kata Bu Stella.

Kondisi Desa Lumban Suhi Suhi Toruan

Desa Lumban Suhi Suhi Toruan terletak di Pulau Samosir, pulau di tengah-tengah Danau Toba. Menurut Bu Stella, jumlah warga desanya hampir 2.000 jiwa. “Desa kami sudah mulai modern. Namun, tetap tidak menghilangkan identitas desanya. Masyarakat di desa kami lebih banyak yang berprofesi sebagai petani, penenun, pedagang, nelayan, hingga pegawai kantor, serta sebagai kecil jasa,” kata Bu Stella.

Bu Stella bercerita bahwa desa yang memiliki pemandangan Danau Toba yang indah itu merupakan desa wisata yang sering didatangi para pejabat dan wisatawan. Para wisatawan banyak mengunjungi Kampung Tenun Hutaraja, yang merupakan kampungnya para penenun tradisional. Ada pula 17 unit rumah yang dijadikan lokal homestay. “Bahkan Presiden Joko Widodo dan sejumlah menteri sering berkunjung ke desa kami. Desa kami juga merupakan sasaran dari Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) sehingga Presiden melalui Kementerian PUPR turut membangun desa kami,” tutur Bu Stella.

Ubah diri lebih membumi

 Baru terjun ke dunia PKK, tentunya Bu Stella menghadapi banyak tantangan, terutama dalam menghadapi masyarakat sekitar. “Awalnya, saya kurang bisa adaptasi dengan adat istiadat dan kebiasaan masyarakat di desa yang sangat erat kekeluargaannya. Topik pembicaraannya pun kurang nyambung. Pola pikir pun demikian. Namun, seiring waktu saya mengubah diri agar lebih ‘membumi’ supaya bisa masuk ke lingkungan kaum ibu,” kata Bu Stella.

Kaum perempuan merupakan kekuatan yang sangat besar untuk memajukan sebuah daerah, bahkan peradaban manusia. Jika kaum perempuan di wilayah itu tercerahkan, cerdas, dan inovatif, serta bahagia, dipastikan pembangunan akan berjalan dengan baik.

Bu Stella juga mengungkapkan tantangan lainnya. Misalnya ketika masyarakat diundang untuk acara-acara PKK ataupun pelatihan. “Mereka seringkali tidak datang karena sibuk dengan pekerjaan. Mungkin dalam benak mereka, ‘Ngapain saya PKK 2 jam, mending saya bertenun sudah bisa selesai setengah lembar’,” ceritanya.

Meski begitu, Bu Stella tak menyerah. Agar ibu-ibu tertarik mau datang, Bu Stella bersama Tim PKK membuat kegiatan PKK yang lebih menarik dan punya value. Misalnya, mengundang narasumber, membuat lomba masak dengan hadiah menarik, dan bekerja sama dengan beberapa produk. “Acara PKK pun jadi lebih ‘hidup’,” katanya.

Kembangkan UP2K

 Untuk program-program PKK, Bu Stella lebih mengedepankan pengembangan UP2K. Itu karena, rata-rata kaum ibu di desa ini memiliki usaha. Sehingga, ada beberapa program yang terkait untuk mengembangkan usaha masyarakat sekitar. Berikut beberapa program di antaranya:

  1. Toko PKK. Toko yang terletak di depan Kantor Desa Lumban Suhi Suhi Toruan ini menjual beragam produk yang dihasilkan warga. Toko ini juga melakukan pemasaran online melalui grup WA. Siapa pun yang sudah memasukkan produk ke Toko PKK, akan rutin diikutkan pelatihan-pelatihan dari Koperindag atau lembaga lainnya.
  2. Lomba Camilan Kuliner Lokal Desa. Dalam lomba ini, setiap peserta harus membuat inovasi dengan menggunakan produk asli Lumban Suhi. Pemenang lomba akan mendapatkan hadiah berupa bantuan alat produksi. Lalu, produknya akan dijual bekerja sama dengan Bumdes.
  3. Sanggar Tari Remaja Desa. Sanggar ini dibina oleh PKK. Setiap ada event desa, sanggar ini akan diikutsertakan. Apabila ada permintaan dari warga yang butuh penari atau wisatawan yang ingin melihat penampilan tari, penari dari sanggar ini akan tampil.
  4. Eventfashion show Hita Do Hutaraja bekerja sama dengan Pemdes. Ini adalah acara spesial bagi para penenun karena ibu-ibu penenun juga akan menjadi model di acara fashion show Event ini diadakan rutin setahun sekali untuk meningkatkan kunjungan ke Kampung Ulos Hutaraja dan menaikkan penjualan tenun.
  5. Membuat usaha produk turunan dari ulos. Misalnya, baju jadi berbahan ulos, syal dari ulos. Usaha ini dibuat untuk membantu penyerapan ulos para penenun agar semakin laku.

“Program-program ini berdampak cukup baik. Banyak ibu-ibu yang penghasilannya semakin meningkat. Anak-anak sanggar tari juga semakin kreatif, percaya diri untuk tampil di publik, dan mereka juga bisa mendapatkan uang tambahan dari kegiatan tari,” kata Bu Stella. Selain itu, ada pula program inovasi PKK lainnya. Misalnya, saat Covid-19 melanda, beberapa pengurus PKK membuat produk baru, yaitu nugget dan abon ikan merah. Ikan merah adalah hama di perairan Danau Toba sehingga dimanfaatkanlah ikan merah itu. Ada pula pelatihan pembuatan tempe untuk ibu-ibu pengurus PKK yang sebagian besar adalah penenun.

“Saat itu juga Covid-19 masih melanda sehingga tidak ada pesta-pesta adat. Tenun pun tidak laku dijual. Akhirnya, saya membuat pelatihan pembuatan tempe untuk ibu-ibu ini. Demi pelatihan ini, saya latihan mandiri beberapa kali di rumah hingga berhasil. Ibu-ibu ini pun saya latih dengan alat dan bahan yang sudah saya siapkan. Syukurnya, tempe itu berhasil dan bahkan ada yang terus-menerus produksi,” cerita Bu Stella.

PKK bangkitkan kepercayaan diri perempuan

Menurut Bu Stella, keberadaan PKK di Desa Lumban Suhi Suhi Toruan ini sangatlah penting, terutama bagi kaum perempuan. Karena, perempuan membutuhkan wadah untuk mengembangkan diri dan PKK bisa hadir sebagai wadah tersebut.

“PKK menjadikan banyak perempuan di desa ini lebih percaya diri. Baik untuk memulai usaha, untuk tampil di depan umum, maupun untuk ambil peran dalam pembangunan, seperti masuk Tim Pokdarwis, guru TK, dan lainnya,” ujar Bu Stella.

Ibu Stella menambahkan bahwa kaum perempuan merupakan kekuatan yang sangat besar untuk memajukan sebuah daerah, bahkan peradaban manusia. Jika kaum perempuan di wilayah itu tercerahkan, cerdas, dan inovatif, serta bahagia, dipastikan pembangunan akan berjalan dengan baik.

Agar PKK bisa jadi wadah yang bermanfaat, tentunya harus dipimpin ketua PKK yang mumpuni. Karena itu, seorang ketua PKK harus memiliki kemampuan manajemen tim dan delegasi yang baik. “Ketua PKK sebaiknya juga memiliki kepemimpinan yang demokratis dan kharismatik, public speaking yang disesuaikan dengan tipe masyarakat (bahasa yang membumi), sifat yang mengayomi, dan selalu tampil positif,” tambah Bu Stella.

Bu Stella berpesan bahwa jangan berhenti untuk selalu belajar hal-hal baru. “Tuhan menciptakan manusia dengan banyak potensi. Jadi, harus kita kelola sebaik mungkin. Jadilah inspirasi bagi anak-anak dan suami kita, bahwa kita adalah perempuan pembelajar,” pungkas Bu Stella. Editor: VAL

Penulis

Bagikan di Whatsapp:

Tulis Komentar